Puisi dan Bulu Kuduk
Saya selalu kebingungan jika ditanya puisi yang seperti apakah yang baik itu. Saya juga akan kebingungan jika ditanya bagus mana antara puisi cinta dan puisi protes, antara puisi pendek dan puisi panjang, antara puisi yang sulit dan mudah dipahami, atau puisi yang ditulis wanita dan lelaki. Saya selalu menjawab bahwa puisi yang baik adalah puisi yang menggetarkan pembacanya, tak peduli apakah itu puisi cinta atau protes, puisi pendek atau panjang, mudah atau sulit dipahami, ditulis wanita atau lelaki. Jadi ukurannya adalah bulu kuduk. Jika saya membaca sebuah puisi dan saya merasa tergetar hingga bulu kuduk saya merinding, apalagi jika tubuh saya sampai menggigil, maka puisi yang saya baca itu adalah puisi yang baik. Puisi yang bisa memberikan pengaruh kepada pembacanya.