Iksaka Banu

Tiga belas cerita pendek merentang dari masa prakedatangan Cornelis de Houtman hingga awal Indonesia merdeka. Masing-masing menggoda kita untuk berimajinasi tentang sejarah Indonesia dari sudut pandang yang khas: mantan tentara yang dibujuk membunuh suami kekasih gelapnya; perwira yang dipaksa menembak Von Imhoff; wartawan yang menyaksikan Perang Puputan; inspektur Indo yang berusaha menangkap hantu pencuri beras; administratur perkebunan tembakau Deli yang harus mengusir gundik menjelang kedatangan istri Eropanya; nyai yang begitu disayang sang suami tetapi berselingkuh.

Semua Untuk Hindia

Kalau sebelumnya dimulai dari hindia ke merdeka, ini dibalik, bahkan jauh dibawa ke cornelis de houtman. Buku ini agak brutal dari teh dan pengkhianat meskipun isinya sama-sama 13 cerpen. Penulisannya cantik, banyak istilah baru, ending tiap cerpen yang bikin orang penasaran atau kurang lebihnya kaya open ending. Secara keseluruhan bukunya cantik dan bagus sekali. 

Rayu

Semua untuk Hindia merupakan kumpulan cerita pendek dengan latar belakang era kolonialisme. Masing-masing dari cerita pendek itu memiliki latar dan konflik yang berbeda:  mantan tentara yang dibujuk membunuh suami kekasih gelapnya; perwira yang dipaksa menembak Von Imhoff; wartawan yang menyaksikan Perang Puputan; inspektur Indo yang berusaha menangkap hantu pencuri beras; administratur perkebunan tembakau Deli yang harus mengusir gundik menjelang kedatangan istri Eropanya; nyai yang begitu disayang sang suami tetapi berselingkuh. 

Sama dengan buku "Teh dan Pengkhianat", buku ini juga menggunakan sudut pandang orang Belanda atau pribumi dengan keturunan Belanda. Selain menceritakan sejarah dan perlawanan, beberapa cerita pendek dalam buku ini juga memiliki kisah romansa yang sangat manis.

Dalam buku ini juga sempat disinggung beberapa tokoh pahlawan Indonesia, seperti Pangeran Diponegoro, Untung Surapati, dan lainnya. Yang saya suka dari buku ini karna penulisannya tidak bias, penulis memberikan informasi yang objektif dan seimbang antara tokoh orang Belanda maupun pribumi.

Ayudisa Bestari

Semua untuk Hindia merupakan kumpulan cerita pendek dengan latar belakang era kolonialisme. Masing-masing dari cerita pendek itu memiliki latar dan konflik yang berbeda:  mantan tentara yang dibujuk membunuh suami kekasih gelapnya; perwira yang dipaksa menembak Von Imhoff; wartawan yang menyaksikan Perang Puputan; inspektur Indo yang berusaha menangkap hantu pencuri beras; administratur perkebunan tembakau Deli yang harus mengusir gundik menjelang kedatangan istri Eropanya; nyai yang begitu disayang sang suami tetapi berselingkuh. 

Sama dengan buku "Teh dan Pengkhianat", buku ini juga menggunakan sudut pandang orang Belanda atau pribumi dengan keturunan Belanda. Selain menceritakan sejarah dan perlawanan, beberapa cerita pendek dalam buku ini juga memiliki kisah romansa yang sangat manis.

Dalam buku ini juga sempat disinggung beberapa tokoh pahlawan Indonesia, seperti Pangeran Diponegoro, Untung Surapati, dan lainnya. Yang saya suka dari buku ini karna penulisannya tidak bias, penulis memberikan informasi yang objektif dan seimbang antara tokoh orang Belanda maupun pribumi.

Reiza H

Saya selalu menyenangi cerita-cerita yang bersetting kolonialisme. Bukan, bukan berarti saya pendukung era gelap tersebut tapi lebih ke arah bagaimana cerita-cerita tersebut dapat membangkitkan rasa kepenasaran dan membawa imajinasi saya berputar-putar layaknya kapal yang terombang di tengah perairan Hindia di dalam cerita "Penabur Benih".

Oke serius. Saya memang selalu tertarik dengan cerita berlatar belakang sejarah. Era kolonialisme entah mengapa termasuk jarang diambil sebagai bahan cerita oleh penulis-penulis. Padahal menurut saya di bagian yang jarang kita ulas tersebut terkandung banyak sekali bahan-bahan yang dapat membuat kita berdecak kagum. 

Cerita-cerita yang ditulis oleh Bapak Iksaka Banu ini memang terasa lampau. Mengisi rentang masa dari zaman kedatangan Cornelis de Houtman ke bumi Nusantara hingga kepergian paksa Belanda di dekade 1940an. Tapi entah mengapa cerita-cerita yang disajikan terasa dekat dan familiar di era kini. 

Dari kisah cemburunya seorang Nyai kepada Suami Belandanya dalam cerita "Racun untuk Tuan" (Best part dalam buku ini menurut saya) hingga cerita seorang wartawan yang meliput Perang Puputan Bali dalam kisah "Semua untuk Hindia", semuanya bercerita tentang kekhawatiran, rasa takut, rasa penasaran, hingga perasaan keberanian dan kesombongan yang ternyata adalah perasaan yang sama dan tidak berubah dari masa ke masa. Meskipun media yang digunakannya berbeda. Dari rapalan doa dalam cerita "Penabur Benih", pedang anggar dalam cerita "Stambul Dua Pedang", kamera Kodak dalam kisah "Semua untuk Hindia", pistol FN dalam kisah "Gudang Nomor 012B", hingga senapan mesin Browning M1919 dalam kisah "Keringat dan Susu" 

Ketelitian budaya dan gaya bahasa yang digunakan pun terkesan melambangkan situasi di masa-masa yang digambarkan. Iksaka Banu juga memasukkan tokoh-tokoh sejarah seperti Gubernur Jenderal Daendels, Pangeran Diponegoro, hingga Untung Surapati. Karakter-karakter yang ada digambarkan secara manusiawi dan nyata, hasil dari gesekan-gesekan yang dilakukan atau dialami oleh karakter-karakter nyata yang memang ada berdasarkan kejadian-kejadian nyata. Itulah mengapa saya sangat menyenangi cerita-cerita sejarah. Selalu ada kemungkinan yang tak terbatas dalam menyelami kisah-kisahnya.

Lima bintang!

Karim Nas

Fiksi sejarah adalah salah satu genre favorit saya. Buku ini berhasil membuat saya kagum akan dalam dan luasnya pengetahuan sejarah sang penulis, Iksaka Banu.

Hanya saja antologi cerpen is not my cup of tea. Beberapa cerita bahkan terlalu pendek. Sungguh disayangkan, padahal beberapa cerita yang disajikan sangat menarik. Safe to say, I'm now a fan. Saya berharap penulis akan menerbitkan novel bergaya seperti ini suatu hari nanti.

Semua Untuk Hindia

Reviews