KERETA TIDUR
Pohon-pohon jati muda menjulang melampauimu, melampauiku ñ melampaui kita. ìNantinya mereka akan hidup melampaui umurku, umurmu ñ umur kita,î katamu. Siapa yang pernah menanam pohon akan tahu bahwa yang tumbuh bukan hanya sebuah batang dalam ruang, tapi juga sebentuk tanda dalam waktu. (ìMatahariî) Di pohon-pohon raksasa itu tinggal babi-babi dengan tubuh tambun dan lemak bertumpuk. Babi-babi akan menyukai apel-apel kecil di dadaku. Dengan napas mendengus dan suara menguik-nguik, mereka akan menjilati dan menggerogotinya. Babi memang rakus. Air liur mereka akan menetes-netes, meninggalkan bau bacin yang susah hilang. Tapi jangan kuatir, babi-babi itu pemurah dan tak pernah marah. Kau akan sanggup membeli sabun wangi sesudahnya, dan sepasang sepatu kaca. Kilapnya akan membuatmu lupa. (ìKupu-kupuî) Suatu ketika, aku begitu kesal, sampai mengusulkan pada ibu untuk menukarku dengan Lara. Ibu bilang, keluarga tak bisa ditukar. Aku bilang, sayang sekali. Soalnya, kalau bisa, aku ingin menukar ibu. Ibuku terkejut. Dengan siapa, tanyanya marah. Dengan Nyai Roro Kidul, jawabku mantap.(ìSempurnaî) Lelaki yang dicintai ibu mencintaiku juga. Ia suka membelai kepalaku dan membelikan aku berbagai jajanan: permen dan aneka keripik yang mengandung MSG. Aku tahu, permen tak baik untuk gigi, dan MSG tak baik untuk otak, tapi aku tak peduli. Ibu tak pernah membelikan jajanan dan tak memberikan ayah. Jadi, lelaki ini ideal. (ìPerempuan Tua dalam Kepalaî) Mendekati pagi, sebuah bintang berkelip di timur. Suaranya berdenting bening. Sania menjulurkan tangan. Tapi seseorang mendahuluinya. Lelaki itu tiba-tiba telah menggenggam bintang tadi di tangannya. Ia mendekat. Membuka genggamannya. Bintang timur itu berkilau di mata mereka. (ìDongeng dari Gibraltarî)