Mizuki Tsujimura

Kastel terpencil di dalam cermin

fatru tamzil

It's official, this book became one of my favorite book this year, simply because the story itself manage to surprise me. Ketika membaca blurb awal novelnya, saya kira buku ini sekadar buku fantasi dengan alusi ke dongeng-dongeng klasik, macam dongeng Grimm bersaudara. Namun, konflik dalam buku ini jauh lebih dalam dari itu. 

Adalah Kokoro, seorang siswi yang meliburkan dirinya dari sekolah, yang pada suatu hari menemukan cermin di kamarnya bersinar, dan kemudian, ketika ia menyentuh cermin tersebut, ia masuk ke dalam sebuah dunia fantasi dengan kastel sebagai latar belakangnya. Di sana, Kokoro bertemu dengan Dewi Serigala, dan keeenam anak lainnya yang juga meliburkan diri dari sekolah. Ketujuhnya harus mencari Kunci untuk membuka Kamar Permohonan, sebelum kastel ditutup di akhir bulan Maret. 

Dalam kurang lebih empat ratus halaman, kita dibawa mengikuti perjalanan mereka di kastel, dan di kehidupan 'nyata' mereka. Apa yang terjadi saat mereka keluar dari cermin, dan apa yang mereka lakukan, sembari mencari kunci yang akan membuka ruang yang mengabulkan permohonan mereka? 

Sama seperti Kokoro, kita diajak mengenal anak-anak ini satu per satu, bersama mereka di Kastel, dan perlahan-lahan mengikuti kisah hidup mereka dan kenapa mereka meliburkan diri dari sekolah. Di balik kisah fantasinya yang menawan dan permainan dari Dewi Serigala yang mencekam (mereka bisa saja dimakan serigala!, katanya) ada kritik terhadap sistem pendidikan serta ekspektasi orangtua. 

Tiap anak di novel ini punya hubungan yang kompleks dengan pendidikan, serta dengan sosok orang tua masing-masing. Di kastel inilah, mereka yang 'diasingkan' dan dianggap 'tidak normal' bisa menjadi diri mereka sendiri, dan merasa bahwa mereka bukannya sendirian dan terasing. 

Barangkali, jika ada yang menghangatkan hati dari novel ini adalah bagaimana mereka tetap saling menyemangati untuk hidup, dan terus hidup. Untuk saling menolong dan mengenggam tangan satu sama lain. 

Karena sesendirinya kita, akan ada orang lain yang sanggup mengenggam tangan kita dan membantu kita dalam hidup.

Wawa

I love everything about this book… the plot, the characters, the twists oh my god….. everything is just *chef’s kiss* segala emosi bener-bener campur aduk dari seneng, sedih, kesal, marah diaduk rata udah kek adonan kue

Kastel terpencil di dalam cermin

Reviews