Rikako Akiyoshi

Silence

Kembali ke pulau terpencil di mana menjadi tempat kelahirannya dulu, Miyuki rasa keputusan yang tepat guna meyakinkan diri bahwa kekasihnya benar-benar akan menikahinya. Namun mengapa ia merasa pulau itu malah menakutkan?
Apakah ia bisa keluar dari pulau itu untuk menikah dan menetap di Tokyo?

Setelah membaca semua buku terjemahan Akiyoshi Rikako, aku bisa menilai bahwa buku ini punya warnanya sendiri.
Twistnya memang tidak begitu banyak, tapi saat membacanya sungguh aku seperti dilanda rasa dingin dan gelap. Emosiku juga seperti dipermainkan.

Setting tempat dan suasananya dituliskan dengan sangat detil, kau bisa merasakan secara nyata bagaimana dinginnya keadaan disana.
Setiap bab dituliskan dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga yang memfokuskan ke masing-masing karakter. Sehingga, kita bisa mengenali para tokoh dengan baik. 

Budaya khas jepang yang dituliskan sangat menarik, deskripsinya juga mudah dimengerti, sedikit banyak bisa membuatmu mengenal budaya Jepang.

Meski di awal-awal bab penulis lebih menitikberatkan ke penguatan karakter tanpa menunjukkan "sisi gelap" itu, di tengah-tengah isi buku, kejutan demi kejutan mulai dihadirkan, membangun rasa penasaran para pembaca adalah ahlinya Akiyoshi sensei, jadi tentu kau akan terus membuka setiap lembarnya untuk mengungkap misteri yang ada.

Ada banyak pelajaran yang bisa kupetik dari buku ini. Mementingkan komunikasi ketimbang berdiam diri, harus tetap menghormati budaya leluhur, dan menghilangkan sifat egoisme agar tidak berakhir buruk.

Endingnya dituliskan dengan cukup baik. Realistis, tidak ada plothole dan meninggalkan kesan yang kelam.
Jujur, jika ada pulau seperti itu di kehidupan nyata, akupun bingung harus bersikap bagaimana, menetap agar aman, atau meninggalkannya karena muak dengan kehidupan didalamnya.

Buku ini aku rekomendasikan untuk teman-teman yang ingin mulai membaca karya Akiyoshi sensei. Cerita gelap dengan bumbu drama dan sedikit romansa ini kurasa cocok untukmu.

Sheryl

2.5 bintang.

Saya tidak suka hampir semua tokohnya (termasuk tokoh utama) :/

Saat membaca, saya berusaha bersimpati pada tokoh utama, tapi saya tidak bisa. Malahan saya makin gemas. Saking gemasnya sampai mau melempar buku :/

Saya juga cukup bosan membacanya. Bahkan sampai halaman 200-an tetap bosan. Dan apa cuma saya saja yang gagal paham sama ending-nya? ._.

Kelebihannya, novel ini Jepang banget. Budaya Jepang-nya terasa. Banyak budaya-budaya Jepang yang baru saya ketahui dari novel ini.

yaya

Tentang Miyuki dan pulau tempat tinggalnya, Yuki-no-Shima. Oh, dan juga tentang salju!

ℛ.

Mhm ... sejujurnya saya sudah cukup lama mulai membaca buku ini. Namun, karena beberapa alasan, saya baru bisa menyelesaikan buku ini setelah beberapa minggu.

Saya awalnya nggak tahu mau bilang apa perihal karya Akiyoshi Rikako yang satu ini. Buku ini sendiri seperti lebih menitik beratkan pada drama keluarga dan perselingkuhan dibanding misteri seperti buku-buku Akiyoshi Rikako yang lainnya. Tapi, meski begitu dari pertengahan hingga akhir cerita saya dibuat merinding dengan plot twist yang disajikan.

Kesan pertama saya ketika membaca buku ini juga biasa saja, alurnya terbilang sedikit lambat namun masih bisa saya nikmati sebagai pengisi waktu luang mengingat buku ini benar-benar menceritakan kisah hidup Miyuki dari awal ketika ia masih tinggal di Yuki-no-Shima.

Saya sempat dibuat jengkel dengan sikap Miyuki yang terbilang keras kepala. Tapi, saya lebih jengkel lagi terhadap sikap Toshiaki terhadap Miyuki yang tulus mencintainya, belum lagi sifatnya yang seolah lebih mementingkan dirinya sendiri dibanding orang lain. Sikap yang jelas bertolak belakang dengan sikap Miyuki yang begitu lugu.

Namun, ada beberapa tokoh yang sedikit membuat saya penasaran, yaitu Tatsuya, Yayoi yang tak lain adalah adik Tatsuya, Rikuto dan Fuuka yang merupakan sepupu dan keponakan Miyuki, serta sebuah nama yang terukir pada setelan jas yang saat itu dipinjam oleh Miyuki untuk Toshiaki.

Dan, benar saja. Mereka saling terhubung, seperti puzzle yang menanti untuk mengisi bagian-bagian kosong.

Awalnya saya sempat bingung perihal hubungan antara judul bukuㅡ
  Silence
ㅡdengan isinya. Karena saya merasa tidak menemukan titik yang menjadi penghubung antara judul dengan isi buku seperti tulisan-tulisan Akiyoshi Rikako yang lain. Namun ketika saya sampai di bagian akhir dari buku ini, saya mengerti. Dan kengerian yang disajikan bukan hanya dari plot twist yang ada, melainkan dari sikap Miyuki dan salah satu temannya bernama Tomoko yang memilih diam meski pada akhirnya tahu apa yang dilakukan oleh orang-orang terdekat mereka dengan alibi, "... Shimatama-san yang melindungimu."

Bahkan bagai roda yang berputar, Miyuki melakukan hal yang pernah dilakukan oleh Tomoko.

Meski selama membaca buku ini saya tidak sejengkel ketika membaca Absolute Justice atau segemas ketika saya membaca Holy Mother dan benar-benar merasa biasa saja, saya tetap salut terhadap penulis karena memberikan saya gambaran baru terhadap kehidupan desa di Jepang. Bagaimana mereka mementingkan keluarga, bagaimana mereka harus bersikap di hadapan orang yang lebih tua dan dihormati, bahkan bagaimana mereka memegang teguh kepercayaan yang berada di sana. Sesuatu yang selalu saya senangi dari Akiyoshi Rikako adalah penjelasan yang rinci di setiap tulisannya. Mungkin bagi orang yang menyukai drama, buku ini bisa menjadi salah satu pilihan untuk menghilangkan kebosanan.

Silence

Reviews