Sapardi Djoko Damono

Hujan Bulan Juni

SAPARDI DJOKO DAMONO

Bagaimana mungkin seseorang memiliki keinginan untuk mengurai kembali benang yang tak terkirakan jumlahnya dalam selembar sapu tangan yang telah ditenunnya sendiri. Bagaimana mungkin seseorang bisa mendadak terbebaskan dari jaringan benang yang susun-bersusun, silang-menyilang, timpa-menimpa dengan rapi di selembar saputangan yang sudah bertahun-tahun lamanya ditenun dengan sabar oleh jari-jarinya sendiri oleh kesunyiannya sendiri oleh ketabahannya sendiri oleh tarikan dan hembusan napasnya sendiri oleh rintik waktu dalam benaknya sendiri oleh kerinduannya sendiri oleh penghayatannya sendiri tentang hubungan-hubungan pelik antara perempuan dan laki-laki yang tinggal di sebuah ruangan kedap suara yang bernama kasih sayang. Bagaimana mungkin.

HUJAN BULAN JUNI (SEBUAH NOVEL)

Kisah sederhana antara Sarwono & Pingkan dipenuhi dengan sajak cengeng antara keduanya tapi aku sayang disisir tiga sajak kecil

it’s still unbelievable how sapardi wrote Aku Ingin in a train. this is the kind of art you’d put up on museum and you admire every year. a timeless masterpiece. 

🍁

"Tapi kita berdua saja, duduk. Aku memesan rasa sakit yang tak putus dan nyaring lengkingnya, memesan rasa lapar yang asing itu."

ella

penuh dengan permainan kata-kata yang nampaknya sederhana saja namun mampu membolakbalik pikiranmu untuk dapat mengerti pikiran sarwono dan pingkan.

Buku ini menceritakan tentang kisah kasih dua sejoli—Sarwono, seorang dosen muda Antropologi keturunan Jawa, dan Pingkan, dosen Sastra Jepang keturunan Jawa Manado.
Perbedaan tak menyurutkan niat mereka untuk terus menjalin hubungan, meski dari pihak Pingkan kurang setuju jika Pingkan menikah dengan Sarwono. Terlalu banyak perbedaan, katanya. Mulai dari suku, daerah, ras, agama hingga jarak. Lantas, akankah mereka bisa terus melanjutkan hubungan?
 
Jujur, di bab awal, aku harus baca ulang sebanyak dua kali untuk masuk ke dalam ceritanya. Karena ini pertama kalinya aku membaca karya Pak Supardi. Jadi harus menyesuaikan diri dan terbiasa dengan bahasa yang dituliskan beliau. Namun, menjelang pertengahan, aku bisa langsung masuk ke dalam ceritanya.

Jika ditelaah, bahasa yang digunakan menciptakan kesan santai, blak-blakkan apa adanya, namun tetap indah dan menimbulkan sengatan emosi di sana sini.
Banyak kalimat yang mempunyai makna tersirat sehingga membuat buku ini menarik.

Endingnya, masih menimbulkan banyak pertanyan. Tentu, karena Hujan Bulan Juni sendiri bewujud Trilogi (Hujan Bulan Juni merupakan buku pertama).
Sungguh aku penasaran dengan kisah mereka!

Stef

cover yang cantik lebih dari cover yang lama menarik perhatian saya untuk membeli buku ini selain nama pengarang buku ini yang sudah saya kenal dari zaman-zaman smp. Sapardi djoko damono merupakan salah satu favorite penyair yg saya kagumi selain Chairil anwar. Beberapa sajak-sajaknya sangat cukup layak untuk di nikmati. My favorite after all doa dan hujan bulan juni.

madina

absolutely gorgeous.

favorit: pada suatu malam / ziarah / dalam doa: I / kupandang kelam yang merapat ke sisi kita / iring-iringan di bawah matahari / new york, 1971 / sajak, 2 / percakapan malam hujan / yang fana adalah waktu / sita sihir

Hujan Bulan Juni

Reviews