Tere Liye

"Di negeri para bedebah, kisah fiksi kalah seru dibanding kisah nyata. Di negeri para bedebah, musang berbulu domba berkeliaran di halaman rumah. Tetapi setidaknya, Kawan, di negeri para bedebah, petarung sejati tidak akan pernah berkhianat."

Negeri Para Bedebah

Dikisahkan Thomas, seorang konsultan keuangan profesional yang berjuang menyelamatkan Bank Semesta. Dia pemuda yang cerdas dan sekilas ditilik tidak memiliki kekurangan—nyaris sempurna. Thomas berkompeten untuk standar orang normal, yang menurut saya adalah hasil refleksi dari dendam Thomas terhadap masa lalunya.

Saya banyak dijejali tentang ilmu ekonomi yang hanya bisa diperoleh dengan mempelajarinya secara khusus disela-sela petualangan Thomas yang seru dan menegangkan. Saya sempat hampir mati bosan karena diksi yang dipakai penulis terlalu "akademik" dan sukar untuk dipahami orang-orang awam. Selain itu, dari bagian awal hingga ke tengah isi cerita secara garis besar hanya berlari dari masalah seperti pengecut dan terkesan mengulur waktu. Bagaimana pula bisa ada orang dengan jam tidur yang berantakan dapat melakukan 'aktivitas super berat' namun tidak jatuh sakit. Benar-benar keren, atau mungkin karena Thomas sudah terlatih, ya? 

Dalam beberapa adegan, saya merasa penulis secara tidak langsung menyampaikan kritik terhadap kebobrokan sistem negara, salah satunya kapitalisme borjuis. Orang kaya memiliki kekuasaan dan berujung mengacaukan sistem dalam negara. Ada begitu banyak orang egois dan pengkhianat di dalam buku ini, sehingga saya dapat ikut merasakan apa yang sedang dihadapi Thomas bukanlah masalah yang sepele. Keberhasilan Thomas di akhir cerita tentunya tidak luput atas bantuan dari kawan-kawannya.

Di luar konteks resensi, saya sempat tercengang karena Negeri Para Bedebah pernah menjadi barang bukti pelaku vandalisme. Menurut saya, ini termasuk karya yang masterpiece. Alur ceritanya benar-benar padat, berbobot, dan cukup insightful. Buku ini benar-benar membantu orang-orang awam untuk memahami topik berat dalam tema ekonomi, sosial, dan politik dalam satu rangkuman. Satu-satunya yang membuat saya kurang sreg hanyalah dialog tokoh yang terkesan tidak memiliki kekonsistenannya. Terdapat kata-kata 'khas' yang dipakai satu tokoh ternyata dipakai juga oleh karakter lain. Namun tentu saja itu bukan masalah yang besar dan tidak menjadikan itu sebuah kekurangan yang berarti.

"Hukuman maksimal di muka bumi ini hanyalah kematian." (Halaman. 364)

mighty dragon 

Stefanie Sugia

"Baru beberapa hari lalu aku ceramah panjang lebar tentang sistem keuangan dunia yang jahat dan merusak, tapi sekarang aku melarikan seorang tersangka kejahatan keuangan. Baru beberapa menit yang lalu aku masih terdaftar sebagai warga negara yang baik, bertingkah baik-baik dan selalu taat membayar pajak, tapi sekarang aku menjadi otak pelarian buronan besar."


Thomas, lulusan terbaik sekolah bisnis dan adalah seorang konsultan keuangan profesional. Jadwalnya yang amat padat dipenuhi dengan konferensi, wawancara, dan lain sebagainya. Setelah kembali ke Jakarta dari London, Thomas masih tidak dapat beristirahat dengan tenang karena sebuah telepon yang datang pada pukul satu dini hari. Dengan kesal ia menerima telepon tersebut, dan ia tidak pernah menyangka sebelumnya bahwa telepon tersebut datang dari seseorang yang amat dibencinya, Om Liem. Lewat telepon itulah Om Liem mengabarkan bahwa rumahnya dikepung oleh serombongan polisi. Orang kepercayaan Om Liem yang bernama Ram-lah yang datang menjemput Thomas saat itu juga, memberitahukan segala duduk permasalahannya; bahwa Bank Semesta milik Om Liem tidak bisa menutup kliring antarbank. Hal tersebut menyebabkan saham Bank Semesta dihentikan perdagangannya, membuat para nasabah panik, situasi yang dipengaruhi informasi negatif pun menjadi semakin rumit. Dan jika Bank Semesta tidak terselamatkan, seluruh kekayaan keluarga Om Liem habis. Inilah awal mula misi Thomas dalam menyelamatkan Bank Semesta, keluarganya, sekaligus membalaskan dendam yang sudah ia impikan selama bertahun-tahun....

Baca review selengkapnya di:
http://thebookielooker.blogspot.com/2...

Negeri Para Bedebah

Reviews