Reviews

ketika pertama kali membaca Museum Masa Kecil aku tertegun cukup lama. Rangkaian baris puisi dalam buku ini yang disusun bak sebuah pameran seni terasa begitu personal dan intim. Aku tidak begitu mengerti soal puisi, namun perasaan nostalgia yang kuat begitu terasa ketika membaca tulisan Avianti Armand di buku ini. Dan sejumlah foto yang mengiringi baris2 puisi menjadi pasangan yang klop mengirimkan perasaan kangen masa kecil yang kian dalam.

hem. kalau mau jadi penulis jadilah penulis seperti Armand. kalau sudah cukup tenar, buat buku tidak usah pakai sampul agar biaya cetak murah. satu dari 2 lembar dikosongkan saja (selangi gambar sekali-sekali agar pembaca tak terlalu merasa merugi) agar sedikit puisi bisa tebal jadinya. sebelum melakukan ini, pastikan lagi bahwa anda punya cukup penggemar yang akan tetap beli (kek aku smh) walaupun daripada sebundel kertas yang mengandangi pikiran, buku anda lebih mirip proyeksi estetika perancang grafis yang dibumbui puisi sebagai dekorasi. jujur aku ga masalah dengan desain, tapi aku ga akan beli kalo ini bukan buku puisi. sayangnya puisinya sendiri underwhelming dibandingkan dengan buku tentang ruang (yang membuat saya percaya pada puisi avianti armand, sigh). semuanya biasa, ga ada yang menyentuh jangankan menohok. kurang oke juga sebagai koleksi. tidak senilai harga yang aku bayar. yasudalah, kapan-kapan baca di toko dulu baru beli.

Indah dan membacanya membuat saya terngiang berbagai macam hal. Sepertinya saya akan membaca karya-karya Avianti Armand yang lainnya.


