Tarian Bumi (CU Keempat, Ganti Cover)
ÒPerempuan Bali itu, Luh, perempuan yang tidak terbiasa mengeluarkan keluhan. Hanya dengan cara itu mereka sadar dan tahu bahwa mereka masih hidup, dan harus tetap hidup. Keringat mereka adalah api. Dari keringat itulah asap dapur bisa tetap terjaga. Mereka tidak hanya menyusui anak yang lahir dari tubuh mereka. Mereka pun menyusui laki- laki. Menyusui hidup itu sendiri.Ó Seperti Arundhati Roy dan banyak penulis perempuan di ÓDunia KetigaÓ, Oka Rusmini mengusik kemapanan melalui keberaniannya memandang budayanya sendiri dengan kritis. Menarik kita bandingkan diskriminasi gender dan kelas dalam Tarian Bumi dan The God of Small Things. ÑMelanie Budianta Tarian Bumi menjadi fenomena sekaligus kontroversi. Novel ini dengan sangat terbuka menghantam keadaan yang melingkupi kehidupan perempuan di kalangan bangsawan Bali yang masih sangat feodal. Dalam konteks adat-istiadat Bali, Tarian Bumi dipandang sebagai sebuah pemberontakan kepada adat. ÑTempo, 9 Mei 2004 Jika novelis Inggris, Graham Greene, merasa telah menemukan India yang sebenarnya justru dalam novel-novel dan cerita-cerita pendek yang ditulis R.K. Narayan, maka tak berlebihan jika kita pun merasa telah menemukan Bali yang sebenarnya melalui novel ini. ÑHorison, Juli 2001