
Frederica
Reviews

Heyer writes the most lovable characters and showcases the humor in basic human nature.

Cerita yang bagus itu adalah ketika kita penasaran dengan akhir-nya namun nggak rela kalo segera berakhir. Aku benar-benar menikmati proses dalam membaca buku ini. Setting waktunya adalah zaman di mana mesin baru ditemukan dan mulai dikembangkan. Pembaca benar-benar ngerasain hidup di era yang transportasi utamanya adalah kereta kuda dan komunikasinya menggunakan surat. Bawaannya tenang karena tampaknya hidup menjadi lebih simpel. Sebenarnya itu alasan aku lagi keranjingan baca novel klasik. Yang bikin aku betah banget adalah tokoh utamanya yang punya pemikiran lebih maju dibanding gadis-gadis pada zamannya dan berusia 24 tahun (usiaku beberapa bulan lagi). Jadilah novel ini cocok banget karena aku biasanya suka ngedumel dalam hati kalo masuk ke jalan pikiran anak umur belasan tahun. Aku ngerasa sedang dalam dimensi berbeda di umur yang sama, kebanyakan pola pikir dan tindakan-tindakannya masuk dalam logikaku. Cinta yang tak direstui karena status atau cinta karena harta dan kecantikan masih menjadi masalah sosial dalam era ini, dan aku sebenarnya diam-diam sedikit berharap tidak mendapatkan cerita semacam itu, because you know classics. Dan benar, buku ini menyuguhkan cerita yang lebih dominan ke classic romantic yang (lagi-lagi) diterima oleh akal sehatku. Bagaimana cinta itu timbul karena kenyamanan lalu menjadi kebutuhan sehingga kita menyadari bahwa "this world would suck without you, darl”. Cinta yang teraplikasi melalui tindakan daripada kata-kata. Aku baca novel ini versi bahasa Indonesianya dan syukur terjemahannya bagus.





















