Oliver Burkeman

'You won't need to read another self-help book againaThe self-help book to end all self-help books' Guardian What is the secret behind happiness? In an attempt to find out, Burkeman tackles a range of subjects from stress, procrastination, laughter, time management and creativity. It's a subject that has occupied some of the greatest philosophers of all time, from Aristotle to Paul McKenna. But how do we sort the good ideas from the terrible ones? Over the past five years, Oliver Burkeman has delved deep into the 'happiness industry.' Witty and thought-provoking,Help!doesn't claim to have solved the problem of human happiness, but it might just bring us one step closer.

Help!

Reiza H

Di depan gerbang memasuki usia ketiga puluh, rasanya pilihan untuk membaca buku ini jadi semacam panggilan alam bawah sadar yang selama ini tertahan atau belum bisa dikeluarkan dengan baik:

HELP!

Am I adulting in the right way?
Am I in the right path?
Am I enough?
Atau, kalau kata Gerard Way, “Could I? Should I?”

With age comes expectations. Masalahnya, dengan starting point dan kondisi yang berbeda-beda, masa sih ekspektasi yang dibebankan ke orang-orang di rentang umur tertentu ini tetap sama?

Jadi dengan penolakanku untuk menerima ekspektasi orang-orang bahwa di umur sekian sudah harus A, B atau C, sekaligus jalan tidak berujungku dalam rangka ber “self-improve,” ku memutuskan membaca buku ini.

Sebenarnya, buku ini mengajak untuk mengupas pelan-pelan apa yang penulisnya sebut sebagai “Popular Psychology” dan “happiness industry.” Menurutnya, banyak dari buku-buku bergenre “self-improvement” yang meragukan. Entah klaimnya terlalu bombastis, landasan ilmiahnya tidak jelas, atau ya straight toxic positivity aja.

Nah, dari mana kita tahu yang mana ide “self-improvement” yang baik dan yang sekedar fafifu belaka? Untungnya, Oliver Burkeman mau berjibaku menelaah satu demi satu topik-topik yang sering dibahas dalam kemasan “Popular Psychology” seperti passion, comfort zone, positivity, being yourself, dan sebagainya dan sebagainya.

Hasilnya? Ada beberapa yang masuk akal, secara ilmiah memang proven, dan banyak juga yang ternyata a total waste of effort and time alias gak usah diikutin mentah-mentah.

Tapi memang ya, topik “self-improvement” dan pencarian kita akan kebahagiaan dan rasa damai yang hakiki itu hal yang paling manusiawi sekaligus gak akan bisa diselesaikan dalam sekali-dua kali duduk.

So my take is…being slightly happier and getting things done a little bit are still valid proof that you are functioning as a human being. We are complex creatures in a complex environment surrounded by equally complex beings. Jadi ya nikmati saja semua proses iterasinya sambil sesekali memilah-milih mana gagasan “self-improvement” yang bisa memperkaya prosesnya.

Help!

Reviews